Pilarkita.id – Hari Raya Iduladha, yang juga dikenal sebagai Hari Raya Kurban, adalah salah satu hari besar dalam Islam yang dirayakan setiap tanggal 10 Dzulhijjah. Perayaan ini memiliki makna yang sangat mendalam dan penuh hikmah, mengingatkan umat Muslim akan berbagai pelajaran berharga mengenai ketaatan, pengorbanan, kepedulian sosial, dan keikhlasan.
1. Makna Iduladha Secara Bahasa dan Terminologi
Iduladha (Eidal−Adha): Secara etimologi, “Id” berasal dari kata “aada−yauudu”, yang berarti kembali atau berulang. Sementara itu, “Adha” berasal dari kata “dhuha” yang berarti pagi hari atau waktu dhuha. Namun, dalam konteks ini, “Adha” lebih merujuk pada “kurban” atau “penyembelihan hewan”. Jadi, secara harfiah, Iduladha berarti “Hari Raya Penyembelihan (Hewan Kurban)” atau “Hari Kembali untuk Berkurban”.
Hari Raya Kurban: Penamaan ini lebih populer di Indonesia, merujuk pada inti perayaan ini, yaitu pelaksanaan ibadah kurban.
2. Sejarah dan Kisah Inspiratif di Balik Iduladha
Iduladha tidak bisa dilepaskan dari kisah heroik Nabi Ibrahim A.S. bersama putra kesayangannya, Nabi Ismail A.S., dan ibunda Hajar. Kisah ini menjadi fondasi utama syariat kurban dan mengandung pelajaran spiritual yang luar biasa:
Mimpi Nabi Ibrahim A.S.: Allah S.W.T. menguji keimanan Nabi Ibrahim A.S. melalui mimpi yang berulang kali, memerintahkannya untuk menyembelih putra tunggalnya, Ismail A.S.
Dalil Al-Qur’an (QS. As-Saffat: 102):
“Maka ketika anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama−sama dengan dia,Ibrahim berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!
“Dia (Ismail) menjawab, Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar ”
Keteguhan Nabi Ibrahim A.S. dan Keikhlasan Nabi Ismail A.S.: Meskipun perintah itu sangat berat, Nabi Ibrahim A.S. dengan ketaatan penuh melaksanakan perintah Allah. Yang lebih mengharukan adalah respon Nabi Ismail A.S. yang menunjukkan keikhlasan dan kepasrahan total kepada kehendak Allah.
Penggantian dengan Domba: Saat Nabi Ibrahim A.S. hendak melaksanakan penyembelihan, Allah S.W.T. menggantinya dengan seekor domba yang besar. Ini adalah bukti kasih sayang Allah dan bahwa perintah tersebut adalah ujian keimanan semata.
Dalil Al-Qur’an (QS. As-Saffat: 107-111):
“Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.Dan Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian) dikalangan orang−orang yang datang kemudian”.
“Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang−orang yang berbuat baik. Sungguh,dia termasuk hamba−hamba Kami yang beriman.”
Peran Siti Hajar: Kisah Iduladha juga mencakup perjuangan Siti Hajar mencari air untuk Ismail kecil di padang pasir, yang diabadikan dalam ritual Sa’i dalam ibadah Haji. Meskipun tidak secara langsung terkait kurban, semangat pengorbanan dan tawakkalnya patut diteladani.
3. Ibadah Kurban: Simbol Ketaatan dan Kepedulian Sosial
Ibadah kurban adalah inti dari perayaan Iduladha. Hewan ternak (unta, sapi, kambing, atau domba) disembelih sebagai bentuk ibadah kepada Allah S.W.T.
Hukum Kurban: Sunnah Muakkadah (sangat dianjurkan) bagi yang mampu.
Dalil Hadis (HR. Tirmidzi):
“Barang siapa yang memiliki kelapangan (harta), namun tidak berkurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat kami.”
Tujuan Kurban:
Mendekatkan Diri kepada Allah (Taqarrubilallah): Kurban adalah bentuk pengorbanan harta yang dicintai demi meraih ridha Allah.
Dalil Al-Qur’an (QS. Al-Hajj: 37):
“Daging (hewankurban dan darahnya itu sekali−kali tidak akan sampai kepada Allah,tetapi yang sampai kepada−Nya adalah ketakwaan kamu.Demikianlah Dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang diberikan−Nya kepadamu. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang−orang yang berbuat baik.”
Berbagi dan Kepedulian Sosial: Daging kurban didistribusikan kepada fakir miskin, tetangga, dan kerabat, sehingga tercipta kebersamaan dan mengurangi kesenjangan sosial.
Dalil Al-Qur’an (QS. Al-Hajj: 36):
“…Maka makanlah sebagian darinya dan berilah makan orang yang fakir dan orang yang meminta.”
Menghidupkan Sunnah Nabi Ibrahim A.S.: Melestarikan ajaran dan keteladanan Nabi Ibrahim A.S. dalam ketaatan mutlak.