Makna dan Filosofi Ketupat dan ‘Lepet’

- Wartawan

Senin, 17 Juni 2024 - 10:44 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ketupat dan Lepet (Foto: pilarkita.id)

Ketupat dan Lepet (Foto: pilarkita.id)

 

PILARKITA.ID – Ketupat atau dalam bahasa jawa adalah kupat menjadi sajian saat berlebaran. Selain Kupat ada juga Lepet atau di Sultra biasa di kenal Lapa-lapa. Dua menu tersebut tidak bisa di pisahkan baik pada saat Kupatan atau pada tujuh (7) hari Lebaran Idulfitri, ataupun pada saat Lebaran Haji atau Iduladha.
Dua menu tersebut memiliki filosofi tersendiri. Konon, dua sajian makanan ini diciptakan oleh Sunan Kalijaga yang memiliki makna yang filosofis. Ketupat atau kupat memiliki, merupakan kependekan dari kalimat ngaku lepat (Jawa) yang artinya mengakui kesalahan.
Tindakan ngaku lepat biasanya ditandai dengan tradisi sungkeman yang dilakukan oleh orang Jawa. Sungkeman mengajarkan pentingnya menghormati orang tua atau orang yang lebih tua dari kita dengan bersikap rendah hati, memohon keikhlasan dan ampunan.
Makna yang lain, kupat juga berasal dari kata Laku papat yang artinya 4 tindakan. Keempat tindakan tersebut diantaranya :
Lebaran; Lebar, sudah, usai, atau selesai. Menandakan berakhirnya waktu puasa.
Luberan; Melebar atau melimpah. Maksudnya adalah ajakan bersedekah yang ditujukan kepada fakir dan miskin yang ditandai dengan mengeluarkan zakat fitrah.
Leburan; Lebur atau sudah habis. Maksudnya adalah dosa dan kesalahan akan melebur habis setelah hari raya, hal ini dikarenakan umat Islam diajarkan untuk saling memaafkan satu sama lain.
Laburan; Berasal dari kata ‘labur’ atau kapur yang biasa digunakan untuk menjernihkan air maupun pemutih dinding. Maksudnya adalah supaya manusia selalu menjaga kesucian baik lahir maupun batin.

Ketupat terbuat dari tiga bahan utama, yaitu janur kuning, beras, dan santan. Setiap bahan-bahan tersebut juga memiliki filosofi dan makna masing-masing.

Baca Juga :  Fokus Realisasikan Janji Politik, Wali Kota Kendari Siap Selaraskan dengan Asta Cita Presiden

Janur kuning yang menjadi salah satu bahan untuk membuat ketupat juga diartikan sebagai penolak bala bagi orang Jawa. Janur merupakan singkatan dari jatining nur atau cahaya sejati (hati nurani).

Sedangkan anyaman ketupat dianggap sebagai bentuk kesalahan-kesalahan yang diperbuat manusia. Namun, ada juga yang mengartikan sebagai lambang kesatuan dan persaudaraan.

Kemudian untuk beras, sering diartikan sebagai simbol kemakmuran. Beras di ketupat juga sebagai doa agar masyarakat diberi kelimpahan setelah hari raya. Sementara itu, ada santan yang dalam bahasa jawa santen, berirama dengan kata ngapunten yang berarti memohon maaf.

Baca Juga :  Pemkot dan DPRD Sepakati KUA PPAS Tahun Anggaran 2025
Makna “Lepet”
Kurang pas rasanya kalau kita membahas ketupat, akan tetapi tidak dengan pasangannya. Siapa lagi kalau bukan makanan yanag bernama Lepet. Makanan yang berasal dari beras ketan yang di bungkus dengan janur kelapa memiliki makna filosofi yang bertautan dengan kupat. Lalu, apa makna filosofinya?
Kenapa kupat selalu dibungkus dengan janur? Hal itu dikarena janur berasal dari kata Arab Ja’an-nur yang artinya telah datang cahaya. Bentuk fisik kupat yang segi empat ibarat hati manusia.
Ketika seseorang mengakui kesalahannya, hatinya akan seperti kupat yang dibelah. Pasti isinya putih bersih. Hati yang tanpa adanya rasa iri dan dengki. Kenapa bisa begitu? dikarenakan hatinya sudah dibungkus dengan cahaya (Nur).
Lepet merupakan kependekan dari kata “silep kang rapet” atau menutup dengan rapat. Setelah ngaku lepat, lalu meminta maaf dan menutup kesalahan yang sudah dimaafkan. Artinya, jangan sampai di ulangi lagi kesalahan yang sama, supaya persaudaraan semakin erat seperti lengketnya ketan dalam lepet.
Visited 86 times, 1 visit(s) today

Berita Terkait

Buka Rangkaian Kegiatan HUT ke-61 Sultra, Gubernur Gaungkan Semangat Harmoni dan Kolaborasi Pembangunan Berkelanjutan
Gubernur Tegaskan Pentingnya Harmonisasi Semua Elemen untuk Pembangunan Berkelanjutan
Pemkot Kendari Komitmen Berantas TPPO
Peringati Hari Bumi, PT Vale IGP Morowali Tanam Harapan Lewat Reklamasi Sejak Langkah Pertama
Siap-siap, UMKM Kendari Bakal Dapat Modal Usaha Rp5 Juta Tanpa Bunga dan Agunan
Pemkab Buteng akan Bagikan Seragam Sekolah Gartis untuk Ratusan Siswa
Proyek PT Vale Indonesia IGP Morowali Memperkuat Hilirisasi dan Pasokan Nikel Bersih Dunia
Perdana Kunker di Kendari, Mendikdasmen Abdul Mufti Kunjungi Gedung Baru UM Kendari

Berita Terkait

Kamis, 24 April 2025 - 22:22 WIB

Buka Rangkaian Kegiatan HUT ke-61 Sultra, Gubernur Gaungkan Semangat Harmoni dan Kolaborasi Pembangunan Berkelanjutan

Rabu, 23 April 2025 - 20:08 WIB

Gubernur Tegaskan Pentingnya Harmonisasi Semua Elemen untuk Pembangunan Berkelanjutan

Rabu, 23 April 2025 - 20:04 WIB

Pemkot Kendari Komitmen Berantas TPPO

Rabu, 23 April 2025 - 08:59 WIB

Peringati Hari Bumi, PT Vale IGP Morowali Tanam Harapan Lewat Reklamasi Sejak Langkah Pertama

Selasa, 22 April 2025 - 16:32 WIB

Siap-siap, UMKM Kendari Bakal Dapat Modal Usaha Rp5 Juta Tanpa Bunga dan Agunan

Berita Terbaru

Berita

Pemkot Kendari Komitmen Berantas TPPO

Rabu, 23 Apr 2025 - 20:04 WIB